Gerhana Bulan
Harusnya Menjadi I’tibar

Masyarakat Jawa tempo dulu menganggap gerhana merupakan suatu
kejadian yang menakutkan. Menurut kepercayaan mereka, gerhana merupakan tanda –
tanda turunnya bala’ atau bencana, sehingga semua harus diperingatkan. Janin
dalam kandungan, hewan yang sedang hamil, bahkan pepohananpun harus diberi tahu
terjadinya gerhana. Mereka hawatir apabila tidak diperingatkan, maka janin yang
berada didalam kandungan akan dimakan oleh gerhana.
Kepercayaan ini tidak benar, Beliau Nabi SAW bersabda:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لاَ
يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ
فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَإِلَى الصَّلاَةِ.
Artinya:
sesungguhnya matahari dan bulan adalah tanda-tanda kebesaran Allah, gerhananya
matahari dan bulan bukan karena mati atau hidupnya seseorang, maka apabila
kalian melihat gerhana bergegaslah berdzikir pada Allah dan shalat (gerhana).
Sedangkan masyrakat zaman NOW menganggap gerhana adalah fenomena
langka yang indah dan sayang untuk dilewatkan begitu saja, sehingga masyarakat
berduyun - duyun berkumpul di tempat – tempat yang dianggap setrategis
untuk menikmati indahnya gerhana sambil kongko-kongko bareng, seperti di alun –
alun kota, taman kota atau di tempat lapang lainnya. Sangking gembiranya
menyambut datangnya gerhana, mereka sampai tidak menghiraukan anjuran – anjuran agama, seperti
memperbanyak istigfar, sedekah dan menjalankan shalat gerhana.
Alhamdulillah adat seperti
ini tidak terjadi di PP. Fadllul Wahid Ngangkruk, para santri tetap
menjalankan aktivitas di pondok secara normal sambil menunggu datangnya
gerhana. Setelah magrib para santri masih ngaji seperti biasa. Selesai mengaji,
ketika gerhana super blue blood moon sudah mulai terlihat, para santri bergegas menuju joglo guna
menjalankan Shalat Isya’ berjamaah.
Selesai Shalat Isya’ berjamaah, para santri berdzikir membaca
istigfar bersama – sama yang dipimpin oleh Ust. Ahmad Sufyan. Setelah itu
bersama – sama menjalankan shalat gerhana berjamaah. Bertugas sebagai imam sekaligus
khotib kali ini adalah Ust. Abdur Rohim Lc. Dalam khotbahnya, Ust. Abdur Rohim
Lc mendorong agar para santri dapat mengambil i’tibar dari gerhana yang
terjadi, guna meningkatkan kesadaran sebagai seorang hamba, dan mengingatkan keagungan dan kekuasaan Allah
SWT. Beliau juga menjelaskan, ada tiga poin yang diajarkan oleh beliau Nabi Muhammad
SAW di saat terjadinya gerhana:
1.
Memperbanyak
dzikir kepada Allah SWT, yang manfaatnya akan kembali pada diri sendiri.
2.
Memperbanyak
berdoa kepada Allah SWT, karena pada hakikatnya doa merupakan ibadah yang
diperintah oleh Allah SWT.
3.
Memperbanyak
istigfar, memohon ampun kepada Allah SWT atas segala dosa yang telah diperbuat.
Kegiatan shalat gerhana di PP. Fadllul Wahid sendiri diikuti lebih
dari 300 santri putra. Dan selesai shalat gerhana para santri kembali
menjalankan aktivitas pondok pesantren seperti biasanya, balajar komplek dan
musyawaroh malam.
Semoga kegiatan seperti ini selalu menjadi tradisi yang terus terjaga
dikalangan umat Islam, jangan sampai budaya-budaya yang menjauhkan umat dari
agama malah menjadi trend yang digemari oleh pemuda-pemudi dimasa yang akan
datang. Dan semoga kegiatan seperti ini menjadi amal shalih yang diterima di sisi
Allah SWT. AMIN YAROBBAL ALAMIN.
Labels:
FIQIH
Thanks for reading Gerhana Bulan Harusnya Menjadi I’tibar. Please share...!
1 Comment for "Gerhana Bulan Harusnya Menjadi I’tibar"
The Casino - Mapyro
Directions 김포 출장마사지 to 남원 출장안마 The Casino - Las Vegas (Station B) with public transportation. The following transit lines have routes that pass near The Casino. 영주 출장샵 The following transit 경주 출장안마 lines have routes 강릉 출장안마