Pentingnya
Tabayyun Di Zaman Now
Oleh: Ahmad Munaji
بسم
الله الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah atas limpahan rahmatNya, sehingga kita mampu
menjalankan tugas sehari-hari dengan penuh berkah dan kenikmatan. Sholawat dan
salam semoga selalu tercurahkan kepada sebaik-baiknya mahluq Tuhan Nabi
Muhammad SAW, beserta Keluarga dan Sahabatnya.
Sebagai hamba yang tidak mempunyai apa-apa dan tidak bisa apa-apa
kecuali hanya dengan rahmat Tuhan, seringkali kita melupakan nikmat yang telah
Ia berikan kepada kita. Betapa besar dan berapa banyak nikmat yang telah Ia
berikan, nikmat melihat, nikmat mendengar, nikmat berbicara, nikmat kepala,
nikmat tangan, nikmat kaki, nikmat fikiran, nikmat hati, nikmat sehat dan nikmat-nikmat
lain yang tidak terhitung lagi berapa jumlahnya.
Seorang Cendekiawan muslim mengatakan “seringnya seseorang mendapat
nikmat menjadikan ia lupa bahwa nikmat tersebut adalah nikmat” sebagai contoh:
nikmat melihat, barangkali kita lupa bahwa bola mata, kelopak mata dan sinar
cahaya adalah nikmat yang tidak ternilai harganya, tanpa ketiganya kita tidak
dapat melihat, akan tetapi seringnya kita dapat melihat menjadikan kita lalai
bahwa melihat adalah sebuah nikmat, sehingga kita lupa untuk mensyukurinya.
Kita lupa bahwa bersyukur (memanfaatkan semua nikmat yang telah
Tuhan berikan kepada kita untuk hal-hal yang semestinya) hukumnya adalah wajib.
Bahkan kita cenderung pada sifat ananiyyah (egoisme) pada setiap hal, ibarat
pepatah “habis manis sepah dibuang” melakukan sesuatu hanya memfikirkan
kemanfatan diri sendiri tanpa memperdulikan apakah hal tersebut memberi manfaat
terhadap orang lain atau bahkan dapat membuka aib orang lain.
Di zaman now, zaman era digital media, informasi dengan mudah dapat
kita akses melalui berbagai cara, akan tetapi sangat disayangkan semakin
berkembangnya teknologi justru semakin banyak fitnah-fitnah tersebar, hususnya
didunia maya. Aib seseorang, propaganda-propaganda yang tidak jelas
kebenarannya dan kritikan-kritikan kepada instansi-instansi tertentu menjadi
hal yang wajar didunia maya. Tentunya hal ini akan mudah memicu wujudnya suatu
perpecahan antar kelompok, instansi, suku,agama bahkan Kesatuan Negara Republik
Indonesi. Oleh karenanya kita sebagai anak bangsa Indonesia perlu menyikapi
perkembangan era digital ini.
Tabayyun (mencari kejelasan) merupakan solusi yang sangat tepat. Dengan
tabayyun kita tidak mudah salah faham, dan tidak mudah teradu domba. Dengan
tabayyun kita akan tahu mana informasi yang benar-benar memberi manfaat dan
mana yang tidak memberi manfaat. Jangan sampai kita tertipu, informasi yang
notabenenya membuka aib seseorang malah kita kira memberi manfaat pada orang
lain. Banyak isu-isu yang tidak jelas yang dalam tampilannya menyenangkan orang
lain tapi di balik itu aib orang lain tersebar, atau bahkan hanya berita palsu.
Dalam kitab Bidayatul hidayah karya Hujjatul islam
Al-Imam Al-Ghozali halaman (91) disebutkan: “Bahwa ketika suatu kaum melihat
‘alim fiqih memakai cincin dari emas atau memakai pakaian yang terbuat dari
sutra, pasti mereka akan banyak mencela atas kesalahan yang dilakukan oleh
‘alim fiqih tersebut, akan tetapi ketika ada seseorang membicarakan kejelekan
orang lain maka kaum tersebut akan
membiarkannya, walaupun ketika kita bandingkan antara kemaksiyatan
keduanya tentunya lebih besar dosa si penggunjing, tetapi kenapa yang dosanya
kecil malah banyak yang menjelek-jelakkan, sementara yang dosanya lebih besar
tidak di permasalahkan?”. Kemudian disebutkan dalam kitab tersebut: “Bahwa karena
terlalu terbiyasanya masyarakat melakukan ghibah, sehingga semuanya mengaanggap
itu adalah hal biasa, bahkan tidak
dianggap sebagai kesalahan”.
Sama halnya dengan media sosial, andaikan kita terbiasa tidak
meneliti informasi yang kita terima, tentunya kita akan terbiasa pula
menyebarkan informasi yang memojokkan satu pihak, bahkan menyebarkan aib-aib
orang lain yang jelas-jelas itu di larang oleh agama. Alloh berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 12:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا
كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا
يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ
مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ.
Artinya, “Hai orang-orang
yang beriman, jauhilah dari banyak berprasangka (kecurigaan), karena sebagian
dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka
‘memakan daging’ saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”(Al-Hujurat : 12)
Tabayyun bukan lagi obat yang terkadang kita butuhkan, tetapi
ibarat makanan yang selalu dibutuhkan bagi kita peminat tehnologi digital. Dengan
kita tabayyun pada setiap informasi yang kita terima, insya Allah kita akan
benar-benar bisa memberi manfaat pada orang lain, bukan malah menyebarkan aib
orang lain, sehingga akhirnya kita tergolong dari seseorang yang di sabdakan oleh
Baginda Nabi
Muhammad SAW:
خير
الناس أنفعهم للناس
Sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa memberi
kemanfaatan kepada banyak orang
Labels:
FIQIH
Thanks for reading Pentingnya Tabayyun Di Zaman Now. Please share...!
0 Comment for "Pentingnya Tabayyun Di Zaman Now"