Catatan Kecil Tentang
Ikhlas
![]() |
Ada beberapa catatan menarik yang
dapat diambil dari mauidhoh oleh Al Mukarom KH. Habibul Huda. Dalam
mauidhoh hasanahnya Beliau menyampaikan bahwa ada dua perkara yang sulit diraih
oleh manusia sebagai hamba Tuhan. Yang pertama: Taufiq yang turun dari
langit, dan yang kedua adalah ikhlas yang terangkat kelangit.
Ibadah yang dilakukan seseorang itu
terkadang bukanlah taufiq dari Tuhan, melainkan hanya istidroj (pemberian
nikmat dari Tuhan kepada yang mengkufurinya sebagai bentuk kemurkaan Allah)
atau penglulu dalam istilah Jawa, hal ini dikarenakan ibadah membutuhkan
keikhlasan niat hanya kepada Tuhan, sementara kebanyakan dari manusia dalam
ibadahnya jauh dari kata “ikhlas.”
Ikhlas memang merupakan perkara hati, akan tetapi qorinatul
hal (tanda-tanda kejadian perkara) terkadang cukup untuk menilai ikhlas tidaknya
seseorang dalam beribadah. KH. Habibul Huda mencontohkan: kebanyakan orang
ketika dimintai sumbangan oleh sanak famili atau tetangganya yang sedang punya
hajat, maka mereka biasanya akan memberikan sumbangan ala kadarnya, sementara
ketika ia punya hajat sendiri, sebesar apapun biayanya ia akan keluarkan asal hajatannya lancar, padahal tujuan dari hajatan
itu sama yaitu memberi hadiah atau suguhan untuk tamu. Artinya mereka dalam
memberikan sumbangan dilihat dari qorinatul halnya bukan atas dasar
keihlasan untuk Tuhan semata, melainkan ada niatan lain seperti karena malu
atau yang lain.
Problematika keihlasan tidak hanya terjadi pada kaum muslimin saat ini, bahkan terjadi dikalangan Sahabat Nabi. Suatu ketika Nabi Muhammad SAW.
bersama rombongan Sahabatnya pergi menuju suatu daerah, ditengah-tengah
perjalanan mereka bertemu dengan kelompok Yahudi, dan peperanganpun tidak dapat
terelakkan dari kedua kelompok. Ada salah satu sahabat yang begitu tangguh
dalam berperang, ia begitu hebat, tak kenal lelah, bahkan membabi buta dalam
pertempuran, lalu ada satu sahabat lain yang bertanya kepada Nabi Muhammad SAW;
”Wahai Nabi Utusan Allah berapa besar pahala yang diperoleh si fulan yang
berjihad dengan begitu hebatnya?” Nabi menjawab: “ia adalah ahli neraka.” Dengan
keheranan sahabat ini melanjutkan pertanyaannya: “lalu seperti apa gambaran
seseorang yang ahli surga wahai Nabi?” dan Nabi diam tidak menjawab. Akhirnya
sahabat ini mempunyai inisiatif untuk mengikuti sahabat yang tangguh tadi dalam
peperangannya. Dan sampailah pada suatu tempat dimana sahabat yang tangguh tadi
terkena tombak dari musuh, betapa herannya ia melihat sahabat yang ia kira
tangguh tersebut malah munusukkan tombak yang mengenainya kedalam tubuhnya
lebih dalam karena tak kuasa menahan sakit. Sungguh benar apa yang dikatakan
oleh Rasulullah SAW, sahabat ini menyaksikan dengan mata kepalanya bahwa
sahabat yang ia kira tangguh berjihad tersebut mati bukan karena terbunuh
dimedan perang melainkan bunuh diri karena tidak kuasa menahan sakit.
Maka keikhlasan menjadi tolak ukur dalam
ibadah seseorang agar dapat diterima oleh Tuhan, tanpa adanya ikhlas ibadah
seperti tak berbekas. Dan diantara tujuan kita wiridan bersama dengan bimbingan
Guru Mursyid adalah melatih keikhlasan dalam ibadah sedikit demi sedikit.
Kemudian kita tidak usah heran melihat
orang-orang non muslim atau orang-orang fasiq bila dalam kenyatan harta
mereka lebih melimpah, dan kehidupan mereka lebih layak; karena hal itu bukan
berarti mereka mendapat taufiq dari Tuhan melainkan kenikmatan yang
mereka peroleh hanyalah penglulu dari Tuhan.
KH. Habibul Huda kemudian mengakhiri
mauidhohnya dengan mengutip Firman Tuhan dalam Al Qur’an Al Karim:
{الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ
وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚوَهُوَالْعَزِيزُالْغَفُورُ}. )سورة الملك، آية 2(
Artinya: Dialah Dzat Yang menciptakan mati dan hidup; untuk
menguji kalian semua, siapa diantara kalian yang paling baik amalnya. Ia adalah
Dzat yang maha tinggi lagi maha pengampun.
Dipenghujung acara
para jama’ah sama-sama melantunkan tiga bait dari sholawat Al Bushiri, berdoa
kepada Tuhan dengan bertawasul melalui hamba Tuhan yang paling mulia,
sebaik-baiknya ciptaan Tuhan Nabi Muhammad SAW.*****
Labels:
KALAM MASYAYIKH
Thanks for reading Catatan Kecil Tentang Ikhlas (Ngaji Selasanan). Please share...!
0 Comment for "Catatan Kecil Tentang Ikhlas (Ngaji Selasanan)"