PENYESALAN
SEORANG ANAK
Oleh: Mbak-Mbak
Kelas Alfiyyah
Banat
Rumah tak semegah istana hanya sebatas
bangunan sederhana. Tanah tak seluas lapangan bola hanya cukup rumah berukuran 6
kali 7 m. Itulah istana yang dimiliki pak Rudi dan keluarganya. Namun rasa
syukur pak Rudi begitu besar kepada Sang Pencipta alam. Bahtera rumah tangga
bersama Aini istrinya sudah Ia arungi hampir 25 tahun. Namun mereka hanya
dikaruniai seorang putri saja, Alina namanya. Tidak ada rasa penyesalan atau
putus asa oleh keadaan yang selalu mengiringi alur cerita hidupnya. Anaknya
sudah menginjak usia 18 tahun. Berparas cantik
dan berkulit putih bersih. Namun sungguh sayang, kecantikan wajahnya tak mirip
dengan hati dan tingkahnya; karena pergaulan dan rasa gengsi menjadikan ia
jatuh ke lubang yang salah.
Suatu hari, pagi sekali Alina sudah keluar
dari rumahnya dengan rapi berbalut seragam SMA dan beberapa buku ditangannya.
Saat didepan rumah nampaknya ayahnya sedang sibuk membersihkan becak yang
berada di depan rumah. Namun mata Alina tak sedikitpun memandang pada ayahnya.
Bersapa apalagi berpamitan tak pernah ia lakukan tiap harinya. Hanya gelengan
kepala yang bisa Pak Rudi dan Bu Aini lakukan melihat kelakuan anak semata
wayangnya. Mau bagaimana lagi Alina sudah terlanjur dewasa tak pernah mau
mendengar nasihat atau ucapan orang tuanya sedikitpun, meskipun itu menyangkut
kebaikan hidupnya.
“Lin!
kog sudah berangkat pagi – pagi gini .. ??
(Tanya
ayah Alina).
“emang
kalian bisa masakin Alina apa ..??
(jawab
Alina spontan).
“Tadikan
Ibu sudah masak buat sarapan kamu !!
(sahut
ayah dengan lirih dan lemas).
“Tempe...tempe..tempe terus..!!!
Bisa
– bisa Aku ketularan ibu sama bapak, kurus dan loyo... (geram Alina pada
ayahnya).
Ayah Alina hanya bisa diam mendengar
omongan anak kandungnya sendiri yang tak
pantas diucapkan seorang anak kepada ayahnya. Dan Alina langsung pergi tanpa
sarapan. Alina melangkah menuju rumah yang cukup besar ukurannya. Tak lama
Alina menunggu, nampak seorang laki – laki berparas tinggi dengan motor
berwarna merah tepat dihadapannya. Pembicaraan pun terjadi seketika.
“Hayy..
(dengan
senyum manis terpancar dibibirnya).
“Hayy
juga....Ayo langsung aja berangkat!!!
(ajak
Alina kepada seorang cowok yang belum diketahui identitasnya).
“Emm..
Aku nggak disuruh mampir dulu gitu ?? ini rumahmu kan???
(sembari
menunjuk rumah megah dipinggir jalan).
“eee..
iyaa. (sedikit terbata dan gugup).
Lain
kali aja yahh.. soalnya itu.. mama sama papa lagi capek.. ee gimana ya .. lain
kali yah ...
(penuh senyum manja).
“iya dech..
Tipuan banyak Alina lakukan. Tak hanya
kepada cowok tersebut, namun teman – teman satu SMAnya juga banyak yang tertipu
tentang identitas asli Alina. Setahu teman – temannya Alina adalah anak Seorang
Militer besar dengan harta yang melimpah ruah, gayanya pun berperan seperti
Putri Raja yang pantas disanjung. Namun tak lama “sepandai – pandainya orang
menyembunyikan bangkai pasti akan tercium juga” sekarang kata ini sedang
menjadi gambaran dari hidup Alina, entah dari unsur kesengajaan atau rencana
Tuhan. Tapi yang jelas rencana Tuhan tak mampu dirubah. Semua
teman-temannya bahkan cowok terdekatnya segitu sokk mengetahui identitas Alina
sesungguhnya. Tak disangka oleh semua teman – temannya kemewahan penampilan
Alina hanya sebuah tipu daya belaka. Tak seorangpun mau berteman atau mendekati
Alina lagi. Semua menjauh sejauh mungkin meninggalkan pembohong dan anak yang
durhaka pada orang tuanya. Walhasil penyesalan baru dirasakan Alina sekarang.
Alina sadar bahwa perbuatannya sangat tak pantas. Tekuk lutut Alina kepada
orang tuanya benar – benar tulus dengan uraian air mata yang tak ada hentinya.
Tak ada sedikitpun rasa benci atau lara yang amat dalam atas kelakuan Alina
selama ini. Pintu maaf selalu terbuka untuk seorang Alina. Anak baik yang
terpengaruh oleh pergaulan zaman. Pelukan orangtua Alina menjadi tanda
maaf atas semua kesalahannya.
Hikmah
yang dapat kita ambil dari seklumit cerita diatas :
1.
Syukuri atas
apa yang sudah menjadi kehendak Sang Tuhan pada kita.
2.
Hargai dan
dengarkan nasehat orang tua, karena orang tua tidak akan menjerumuskan kita
kejalan yang sesat.
3.
Jujurlah
meskipun itu pahit.
4.
Balasan Allah
itu benar-benar nyata untuk orang yang durhaka kepada orang tuanya, kalaupun
tidak didunia pasti diakhirat akan didapatinya.
5.
Pintu maaf orang
tua selalu terbuka untuk seorang anak, begitu juga pintu maaf Tuhan selalu
terbuka untuk hamba yang berdosa.
Semoga kita menjadi anak yang sholeh, sholehah serta berbakti kepada
kedua orang tua.
Aminn.....
Labels:
FIQIH
Thanks for reading PENYESALAN SEORANG ANAK. Please share...!
0 Comment for "PENYESALAN SEORANG ANAK"